Rabu, 10 Juni 2015

Terapi Bermain Menyusun Kata



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Menyusun Kata pada Anak Usia pra sekolah di Rumah Sakit “ Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain menyusun kata. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Padang, 3 juni 2015

                                                                                                                    Kelompok  

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
 Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
 Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis dan akut  didapatkan jumlah anak usia  pra sekolah (6-8) tahun sebanyak 15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan huruf atau kata, oleh karena itu bermain dengan menyusun kata menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Menyusun gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang menggunakan huruf alfabeth atau kata-kata akan membantu anak untuk menggunakan daya pikirnya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena itu, kegiatan bermain sangat penting terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia prasekolah dengan cara menyusun kata
B.       Tujuan

1.      Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2.      Tujuan Khusus
a)         Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak akan mampu:
b)        Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
c)         Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan
d)        Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e)         Beradaptasi dengan lingkungan
f)         Mempererat hubungan antara perawat dan anak

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.      Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).
Terapi bermain menyusun kata yaitu sebuah permainan yang menggunakan huruf abjad yang terpisah,dimana nanti akan diberi petunjuk atau perintah untuk menyusun huruf tersebut menjadi kata dan kalimat.
B.       Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Tujuan bermain menyusun kata adalah untuk merangsang atau memacu otak dan emosional anak dalam bermain,selain itu juga akan memrangsang perkembangan sensorik,motorik ,intelektual kreatifitas dan kecekatan anak dalam berfikir.
C.      Cara Pelaksanaan
Perawat akan memberi beberapa kata dan perintah kata yang akan disusun oleh anak, setelah itu anak akan mulai untuk menyusun kata tersebut menjadi kalimat. Terapi bermain ini pada anak usia 6-8 tahun.
D.      Karakteristik Bermain
1.        Sangat energik
2.        Imaginative
3.        Aktif
4.        Sehat
5.        Kreatif
6.        Cekatan

E.  Sasaran
1.        Usia pra sekolah (yang berusia 6-8 tahun)
2.        Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3.        Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4.        Pasien kooperatif
5.        Orang Tua

F.       Usia
Pra sekolah (6-8)

G.      Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1.      Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2.      Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3.      Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4.      Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5.      Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6.      Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7.      Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
H.      Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan  yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

a)      Bermain aktif
·      Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
·      Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll.
·      Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
·      Bermain bola, tali, dan sebagainya
b)      Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a)    Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b)   Mendengarkan cerita atau musik
c)    Menonton televisi
d)   Dll

I.         Klasifikasi Permainan
a)      Klasifikasi Bermain Menurut Isi

1.      Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2.      Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3.      Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4.      Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

b)      Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
1.      Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balitaToddler.
2.       Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3.      Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4.      Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
J.        Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1)      Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2)      Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3)      Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
4)      Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
K.      Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
a.       Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
·         Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.
·         Melatih kerjasama mata dan tangan.
·         Melatih kerjasama mata dan telinga.
·         Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
·         Melatih mengenal sumber asal suara.
·         Melatih kepekaan perabaan.
·         Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
·         Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
·         Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
·         Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
·         Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
·         Alat permainan berupa selimut dan boneka.
b.      Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
·         Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
·         Memperkenalkan sumber suara.
·         Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
·         Melatih imajinasinya. 
·         Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
·         Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
·         Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
·         Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
c.       Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah ;
·         Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
·         Mengembangkan keterampilan berbahasa.
·         Melatih motorik halus dan kasar.
·         Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).
·         Melatih kerjasama mata dan tangan.  
·         Melatih daya imajinansi.
·         Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
·         Alat-alat untuk menggambar.
·         Lilin yang dapat dibentuk
·         Pasel (puzzel) sederhana.
·         Manik-manik ukuran besar.
·         Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
·         Bola.
d.      Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
·         Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
·         Mengembangkan kemampuan berbahasa.
·         Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
·         Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
·         Membedakan benda dengan permukaan.
·         Menumbuhkan sportivitas.
·         Mengembangkan kepercayaan diri.
·         Mengembangkan kreativitas.
·         Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
·         Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
·         Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
·         Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
·         Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
·         Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
·         Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

L.       Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a.    Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b.    Status kesehatan, anak sakit Ã  perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c.    Jenis kelamin
d.   Lingkungan Ã  lokasi, negara, kultur
e.    Alat permainan Ã  senang dapat menggunakan
f.     Intelegensia dan status sosial ekonomi
M.     Tahap Perkembangan Bermain
a.       Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b.      Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c.       Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d.      Tahap melamun
e.       Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

N.      Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1.      Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2.      Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3.      Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4.      Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5.      Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6.      Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

O.      Hambatan Yang Mungkin Muncul
a.       Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b.      Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c.       Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

P.       ANTISIPASI HAMBATAN
1.      Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2.      Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3.      Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4.      Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5.      Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.


BAB III
SAP TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan           : Terapi Bermain Menyusun Kata Pada Anak Di Rumah Sakit
Sub Pokok Bahasan    : Terapi Barmain Menyusun Kata Pada Anak Usia 6-8 tahun
Tujuan                          : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam              Hari / Tanggal           : Kamis / 4 Juni 2015
    Jam / Durasi              : Pkl. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain          : Ruang pertemuan lantai 3
Peserta                        : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak kronik yang memenuhi kriteria :
·           Usia pra sekolah (yang berusia 6-8 tahun)
·           Tidak mempunyai keterbatasan fisik
·           Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
·           Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
·         Anak usia pra sekolah dan sekolah  sebanyak 4 orang didampingi keluarga
Target : 4 orang       
Sarana dan Media

·      Sarana:
-    Ruangan tempat bermain
-    Tikar untuk duduk
·      Media:
o    Huruf-huruf untuk membentuk kata

Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 16 orang dan 1 orang observer dengan susunan sebagai berikut:
Co leader         : Indah Verawati
Leader             : Firmansyah
Observer          : Reni angraini
Fasilitator        :  Fari aina Liafauziah
                           Ayu bella nasta
                           Feby andea pricila
                           Khairatunnisa
                           Jelly oktavia
                           Eva damayanti
  
Pembagian Tugas        :
1.        Peran Leader
·         Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
·         Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
·         Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2.        Peran Co Leader
·         Mengidentifikasi issue penting dalam proses
·         Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
·         Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating
·         Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3.        Peran Fasilitator
·         Mempertahankan kehadiran peserta
·         Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
·         Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok
4.        Peran Observer
·         Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
·         Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
·         Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
·         Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Setting Tempat

Ket :
Leader                                                
                       
Co-Leader                  
           
observer          


Fasilitator                                           
 
Anak
 
Orang Tua
 
Pembimbing

Susunan Kegiatan

No
Waktu
Terapy
Anak
Ket
1
5 menit
Pembukaan :
·         Co-Leader  membuka dan mengucapkan salam
·         Memperkenalkan diri terapy
·         Memperkenalkan pembimbing
·         Memperkenalkan anak satu persatu dan anak saling berkenalan dengan temannya
·         Kontrak waktu dengan anak
·         Mempersilahkan Leader

Menjawab salam

Mendengarkan
Mendengarkan

Mendengarkan  dan saling berkenalan
Mendengarkan
Mendengarkan

2
25 menit
Kegiatan bermain :
·         Leader menjelaskan cara permainan
·         Menanyakan pada anak, anak mau bermain atau tidak
·         Menbagikan permainan

·         Leader ,co-leader, dan Fasilitator memotivasi anak
·         Fasilitator mengobservasi anak
·         Menanyakan perasaan anak

Mendengarkan

Menjawab pertanyaan
Menerima permainan

Bermain
Bermain
Mengungkapkan perasaan 

3
10 menit
Penutup :
·         Leader Menghentikan permainan
·         Menanyakan perasaan anak

·         Menyampaikan hasil permainan
·         Memberikan hadiah pada anak yang cepat menyelesaikan gambarnya dan bagus
·         Membagikan souvenir/kenang-kenangan pada semua anak yang bermain
·         Menanyakan perasaan anak

·         Co-leader menutup acara



·         Mengucapkan salam

Selesai bermain

Mengungkapkan perasaan
Mendengarkan

Senang


Senang

Mengungkapkan perasaan
Mendengarkan

Menjawab salam


Evaluasi
1.      Evaluasi struktur yang diharapkan
·         Alat-alat yang digunakan lengkap
·         Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2.      Evaluasi proses yang diharapkan
·         Terapi dapat berjalan dengan lancar
·         Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
·         Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
·         Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3.      Evaluasi hasil yang diharapkan
·         Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung
·         Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
·         Anak merasa senang
·         Anak tidak takut lagi dengan perawat
·         Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
·         Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
 
BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
Terapi bermain menyusun kata yaitu sebuah permainan yang menggunakan huruf abjad yang terpisah,dimana nanti akan diberi petunjuk atau perintah untuk menyusun huruf tersebut menjadi kata dan kalimat.

B.       Saran
1.      Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2.      Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.


3.      Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit

DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.