Rabu, 06 Mei 2015

Asuhan Keperawatan Pasien Vertigo

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika  adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.  
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan  yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan  pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi 
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003) 
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B.     Etiologi
1.      Otologi 24-61% kasus
a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)      Meniere Desease
c)      Parese N VIII Uni/bilateral
d)     Otitis Media
2.      Neurologik  23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
3.      Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)       <  glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4.      . Psikiatrik > 50% kasus
a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatis
5.      Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.
C.    Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
(http://perawatyulius.blogspot.com)
D.    Komplikasi
1.      Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2.      Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
E.     Patofisiologi dan Pathway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). 
 
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
F.     Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a)      Pemeriksaan mata
b)      Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c)      Pemeriksaan neurologik
d)     Pemeriksaan otologik
e)       Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a)      ENG
b)       Audiometri dan BAEP
c)      Psikiatrik
3.      Pemeriksaan tambahan
a)      Radiologik dan Imaging
b)      EEG, EMG
G.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)      Anti kolinergik
t  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
t  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
t  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
t  Golongan antihistamin
      Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
                                                                                i.            Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
                                                                              ii.            Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.                 
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :  
a)      Terapi kausal
b)      Terapi simtomatik
c)      Terapi rehabilitatif
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver­tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibu­lar akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)
 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian data keperawatan
a)       Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)       Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c)      Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d)      Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)      Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)        Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g)        Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h)       Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i)        Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b.      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c.       Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d.      Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.       Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3.      Intervensi Keperawatan
a)      Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2)      Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
2.      Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan
3.      Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien.
4.       Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas
1.      Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh saat istirahat
2.      Salah satu terapi ringan adalah menggerakan bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.
3.      Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh.
4.      Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi terjadinya jatuh.
b)      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Meyadari keterbatasan energi
2)      Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3)      Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4)      Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi
Rasional
1.      Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
2.      Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
3.      Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
4.      Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
1.      Respon emosi, sosial, dan spiritual mempengaruhi kehendak klien dalam melakukan aktivitas
2.      Klien dapat bersemangat untuk melakukan aktivitas
3.      Energi yang tidak stabil dapat menghambat dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu dilakukan manajemen waktu
4.      Terapi okupasi dapat menentukan tindakan alternatif dalam melakukan aktivitas.
c)      Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien tidak merasa mual muntah
2)      Nafsu makan meningkat
3)      BB stabil atau bertahan
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kebiasaan makan yang disukai klien
2.      Pantau input dan output pada klien
3.      Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi
1.      Kebiasaan makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan
2.      Untuk memantau status nutrisi pada klien
3.      Mempertahankan status nutisi pada klien agar dapat meningkat atau stabil.
4.      Ahli gizi dapat menentukan makanan yang tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi pada klien.
d)     Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat memfokuskan pendengaran
2)      Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3)      Pendengaran adekuat
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat pendengaran pada klien
2.      Lakukan tes rinne, weber, atau swabah untuk mengetahui keseimbangan pendengaran saat terjadi tinitus
3.      Ajarkan untuk memfokuskan pendengaran saat terjadi tinitus
4.      Kolaborasi penggunaan alat bantu pendengaran
1.      Mengetahui tingkat kemaksimalan pendengaran pada klien untuk menentukan terapi yang tepat. 
2.      Mengetahui keabnormalan yang terjadi akibat tinitus
3.      Mempertahankan keadekuatan pendengaran
4.      Memaksimalkan pendengaran pada klien
e)      Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2)      Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kemampuan klien dalam mempertahankan keadekuatan pendengaran
2.      Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
3.      Ajarkan cara mengatasi masalah pendengaran akibat pusing yang diderita
4.      Kolaborasi pemberian antidepresan sedatif, neurotonik, atau transquilizer serta vitamin dan mineral.
1.      Mengetahui batas maksimal kemampuan pendengaran klien
2.      Klien tidak mengalami depresi akibat keadaan fisiknya
3.      Pusing yang terjadi dapat memunculkan tinitus
4.      Obat untuk mengatasi tinitus.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru 
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. diakses pada 22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar