BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurang Kalori Protein(KKP)akan terjadi
manakala kebutuhan tubuh akan kalori ,protein,atau keduanya,tidak tercukupi
oleh diet.kedua bentuk difesiensi ini tidak jarang berjalan bersisian,meskipun
salah satu lebih dominan dari pada yang lain.Keperahan KKP berkisar dari hanya
penyusutan besar berat badan atau terlambat nya tunbuh,sampai ke sindrown
klinis yang nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan
mineral.
B.
TUJUAN
a. Tujuan
Umum
Untuk
mendapatkan gambaran tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Kurang Kalori Protein(KKP).
b. Tujuan
Khusus
1.
Untuk mengetahui definisi dari KKP
2. Untuk
mengetahui etiologi KKP.
3.
UntUk mengetahui patofisiologi KKP.
4.
Untuk mengetahui manifestasi kilis KKP
5.
Untuk mengetahui klasifikasi KKP
6.
Untuk mengetahui penatalaksanaa KKP
7.
Untuk mengetahui komplikasi KKP
8.
Untuk mengetahui akibat dari KKP
9.
Untuk mengetahui cara penanggulangan KKP
10.
Untuk mengetahui pemberian askep KKP
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kekurangan Kalori Protein
(KKP)
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain
untuk bertahan hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh
akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat
lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak
dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai
kekurangan kalori protein. Protein yang berasal dari kata protos atau proteos
yang berarti pertama atau utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang
cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi
protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi
bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada
anak-anak. Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit
KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat
juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang
terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan
sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita,
terutama di negara-negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak
jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak tersebut lebih rendah disbanding
anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari
berat badan ideal.
B. Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang
tidak cukup serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital.
Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare.
Secara
umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan
terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Berikut beberapa faktor
penyebabnya :
1. Faktor sosial. Yang
dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan
makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang.
Selain itu, hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya
penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa
terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
bertambahnya ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini
pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi
dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan
kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada
gilirannya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan
otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.
Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat
membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita
serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak
untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai.
Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI)
yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari
suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan
ASI ke makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan
balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi
asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya
pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat
kesehatan bayi dan anak-anak.
C.Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi
manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau keduanya tidak tercukupi
oleh diet. Dalam keadaan kekuranganmakanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untukmempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jamsudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa
jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau ke
kurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira - kira
kehilangan separuh dari tubuh.
D.Manifestasi Klinik
1. KKP Ringan :
a.
Pertumbuhan linear terganggu
b.
Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran
lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi
tulang terlambat
e. Ratio
berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia
ringan atau pucat
g. Aktifitas
berkurang
h. Kelainan
kulit (kering, kusam)
i. Rambut
kemerahan
2. KKP Berat
:
a. Gangguan
pertumbuhan
b. Mudah
sakit
c. Kurang
cerdas
d. Jika
berkelanjutan menimbulkan kematian
Gejala dari
KKP adalah :
1.
Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2.
Abdomen dapat kembung dan datar. BB me nurun
3.
Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.
4.
Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
5.
Kulit keriput (turgor kulit jelek)
6.
Ubun-ubun cekung pada bayi
E. Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan
marasmus.
1. Kwashiorkor
Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams
pada tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak
kedua sedang ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya
kwashiorkor adalah inadekuatnya intake yang berlangsung kronis.
Kwshiorkor
disebabkan oleh insufiensi asupan protein yang bernilai biologis adekuat dan
sering berkenaan dengan defisiensi asupan energy ( Rudolph, 2006, hal : 1123).
2. Marasmus
Marasmus adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus
merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama,
1999)
.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori
protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein,
mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan
elektrolit
3. Penannganan diare bila ada :
cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat
inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000) :
1. Atasi atau
cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada
hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal 35,5 derajat
celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi
tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus
glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral
atau sonde / pipa nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap
30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c.
Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam
2. Atasi atau
cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera
berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b.
Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di
dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai
> 36,5 derajat celcius
3. Atasi
atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena
untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan
hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung.
Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya).
G. Komplikasi
KKP
1. Defisiensi vitamin A
(xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual
purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut
menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin)
disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme
karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan
mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2
(Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan.
Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut
mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang
berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap
sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12
dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan
timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan
skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan
untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam
pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang
dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti
Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan yodium dapat menyebabkan
gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan
bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP
berat Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat
progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya
tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada
gejala ini.
H. Akibat Kekurangan Kalori Protein
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial
ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan
kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun. Akibat dari kwashiorkor dan
marasmus sendiri, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya pikir
4. Penurunan fungsi otak
5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
6. Berkurangnya daya tahan tubuh
7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian
I. Cara Menanggulangi KKP
KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang
dihadapi Indonesia. Kita dapat berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah
cara-cara pencegahannya :
1. Tingkat keluarga
a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan
c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori,
vitamin, mineral)
d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan
ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI
f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan
cara memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat
pembuat susu dan makanan bayi serta penyediaan oralit
g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan
mengatur makanan yang bergizi untuk buah hati mereka
2. Tingkat posyandu
a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT)
contoh : KMS
d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti
TBC, polio dan ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Hepatitis
5) Campak
3.Tingkat
pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
ASUHAN KEPERRAWATAN
A. Pengkajian
I.Identitas
Nama
Umur
Jenis
kelamin
No MR
Alamat
Nama
orangtua
II.Pemeriksaan fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Kaji perubahan status mental
anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
3) Pengamatan timbulnya gangguan
gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati, pankreas dan usus.
4) Menilai secara berkelanjutan adanya
perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran mukosa.
5) Pengamatan pada output urine.
6) Penilaian keperawatan secara
berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
7) Kaji perubahan pola eliminasi.
Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
8) Kaji secara berkelanjutan asupan
makanan tiap hari. Gejala : mual, muntahdan tanda : penurunan berat badan.
9) Pengkajian pergerakan anggota
gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak melalui rangsangan.
Pemeriksaan Penunjang
·
Pemeriksaan Laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi
memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya berupa anemia hipokronik
atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai
albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal
atau merendah.
c) Kadar elektrolit K rendah, kadar
Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d) Kadar gula darah umumnya rendah.
e) Asam lemak bebas normal atau
meninggi.
f) Nilai beta lipoprotein tidak
menentu, dapat merendah atau meninggi.
g) Kadar hormon insulin menurun,
tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah maupun meninggi.
h) Analisis asam amino dalam urine
menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
i) Pada biopsi hati hanya tampak
perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus perlemakan berat.
j) Kadar imunoglobulin serum normal,
bahkan dapat meningkat.
k) Kadar imunoglobulin A sekretori
rendah.
l) Penurunan kadar berbagai enzim
dalam serum seperti amilase, esterase, kolin esterase, transaminase dan
fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m) Defisiensi asam folat, protein,
besi.
n) Nilai enzim urea siklase dalam
hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino meningkat.
·
Pemeriksaan Radiologik
Pada
pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.
Fokus pengkajian
pada anak KKP
-pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit).
Tanda dan
gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1.
Penurunan ukuran antropometri
2.
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,
jarang dan mudah dicabut)
3.
Gambaran wajah sepe
4.
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak,
ronchi,retraksi otot intercostal)
5.
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus
dapat meningkat bila terjadi diare.
6.
Edema tungkai
7.
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya
crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
B. Diagnosa
1. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake.
makanan
tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2.Defisit
volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh.
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
C.Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake.
makanan tidak adekuat (nafsu makan
berkurang).
Tujuan : Pasien
mendapat nutrisiyang adekuat
Kriteria
hasil :
1.
Meningkatkan masukan oral
2.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.
Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1.
Dapatkan riwayat diet
2.
Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk
menyuapi anak atau ada disaat makan
3.
Gunakan alat makan yang dikenalnya
4.
Sajikan makan sedikit tapi sering
Rasional :
1.
Sebagai suport untuk anak sewaktumakan
2.
Untuk menambah semangat makan si anak
3.
Menggunakan alat makan yang dikenal oleh si anak akan
menambah semangat anak untuk makan
4.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
2.Defisit volume cairan berhubungan
dengan diare
Tujuan : Tidak
terjadi dehidrasi
Kriteria
hasil :
1.
Mukosa bibir lembab
2.
Tidak terjadi peningkatan suhu
3.
Turgorkulitbaik
Intervensi :
1. Monitor
tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
2. Monitor
jumlah dan tipe masukancairan
3. Ukur
haluaran urine dengan akurat
Rasional :
1. Untuk
mengetahui TTV dan tanda dehidrasi si anak
2. Untuk
mengetahui cairan pada anak
3. Untuk
mengetahui keseimbanganantara input dan output
3.Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan nutrisi/statusmetabolik.
Tujuan : Tidak
terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria
hasil :
1.
Kulit tidak kering
2.
Kulittidak bersisik,Elastisitas normal
Intervensi :
1.
Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi.
2.
Dorong mandi 2x sehari dan gunakan lotion setelah
mandi
3.
Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan
tulang
4.
Alih baring
Rasional :
1.
Mencegah terjadinya kerusakan pada kulit
2.
Mandi dapat menjaga kebersihan kulit
3.
Massage dapat mencegah terjadinya kerusakan kulit
4.
Baring yang sering akan mengakibatkan penekanan pada
kulit
4.Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria
hasil:
1.
Suhu tubuh normal
2.
Lekosit dalam batas normal
Intervensi :
1.
Mencuci tangan sebelum dansesudah melakukan tindakan
2.
Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien
bersih/steril
3.
Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga
dalam prosedur kontrol infeksi
4.
Antibiotik sesuai
program
Rasional :
1.
Tangan yamg bersih akan terhindar dari kuman
2.
Alat yang bersih/steril tidak akan mengakibatkan
infeksi
3.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi
5.Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang nya informasi
Tujuan :pengetahuan pasien dan
keluarga bertambah
Kriteria
hasil:
1.
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup
2.
Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
1.
Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
2.
Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai
indikasi
3.
Konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan
adekuat
4.
Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
Rasional :
1.
Pengetahuan orang tua pasien mempengaruhi perawatan
pasien
2.
Jawaban sesuai indikasi agar tidak membingungkan
orangtua pasien
3.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
4.
Menambah wawasan orangtua klien dalam perawatan pasien
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan
hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat
seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun,
di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi
zat-zat tersebut.
Kurang kalori dan protein ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein.
Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut
anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang
dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori
dan protein).
Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP
saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih
sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak
sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur,
muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala
halus dan jarang berwarna kemerahan.
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.dan faktor
penyebab nya yaitu masalah sosial,masalah ekonomi,masalah biologi dan masalah
lingkungan.
B.
SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar –
benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat yang prefesional, serta dapat
melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan
ilmu keperawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar