Minggu, 01 November 2015

assalamualaikum ukhti :)

Aku iin (20), saat ini alhamdulilah tetap konsisten berhijab walaupun belum sepenuhnya sempurna (syar’i). Jika orang-orang melihat saya saat ini, mungkin akan berkata “oh ikutin aliran apa ini ya?” atau “alhamdulilah ya, anaknya berhijrah dari hijab menjadi syar'i”. Aku cuma senyum sambil merasa malu walaupun sama-sama memakai hijab dulunya.
semua orang bakal memandang aku ituu terpengaruh oleh teman2ku yang berjilbab syar'i , karena dahulunya aku hanya memakai hijab biasa yang dipake anak2 muda saat sekarang yang lagi ngetrend yaitu hijabers.

Nah dari cerita ini, aku bakal ngasih tau cerita awal aku berhijab…
Keinginanku untuk berhijab sudah ada ketika SMP, iya bukan sekedar lucu-lucuan anak SMP pake kerudung (bukan :)). Alasannya karena risi memakai rok selutut dan memakai lengan pendek-walaupun kata mamah rambutku sangat bagus dan sayang jika ditutupi. Rasa takut dan ke hati-hatian pada lingkungan sekitar (gara-gara sering nonton berita sendirian di rumah) membuat aku waspada dan ingin melindungi diri (padahal ilmu agama pun yang diajarkan masih sebatas iqra). Namun keinginanku ditolak mentah-mentah awalnya dan dianggap remeh oleh masyarakat sekitar tempat tinggalku, karena mereka nggak yakin aku pake jilbab saat itu dimana orang belum mengetahui wajibnya berhijab berbeda banget dengan zaman sekarang.

setelah sabar dan menerima tanggapan orang sekitar (karena aku takut dosa jika melawan), ketika SMP aku mulai ingin memakai jilbab, suatu hari ketika keluargaku di tempat makan dan aku memakai jilbab-yang aku beli sendiri dengan uang jajanku. kakaku menertawakanku dia bilang bahwa aku seperti “emak-emak” dan “kampungan”, disusul dengan ketawa ibuku.. iya, sakit rasanya-sampai aku melepas jilbabku sambil menangis. Aku tau aku bukan anak yang cantik dan gaul seperti anak-anak yang lain dan juga seperti kakaku, aku cuma ingin pakai jilbab, aku ingin jika aku berada dimana saja aku tenang dan aman.

Aku masih belum berhijab dengan sempurna, iya masih belum. . . karena saat itu aku belum pantas aja dibilang sholeha karena saat itu orang2 yang tua didekat rumahku bilang anak sholeha, aku nggak taw apa itu cemoohan atau sindiran bahkan itu benar2 bilang dari lubuk hatinya. hari2 kulalui walaupun banyak yang nggak suka dengan gaya baruku yaitu berjilbab. yahh itulah resikonya jika keadaan tidak medukung kita, walaupun sebenarnya Tuhan sangat mendukung kita bahkan mewajibkan untuk berhijab bagi yang sudah baliq dan berakal sehat.

Iya, aku sudah kebal dan harus bisa melawan semua. Berbekal uang jajan 5rb setiap hari yang aku sisakan sebagian untuk membeli seragam dan kerudung yang panjang, kerudungnya dibawah sebatas menutupi dada ya :)  semua memandangku ada yang pro dan kontra pastinya. Namun lucunya semua mengira bahwa aku dapat hidayah malam lailatul qadar, aku cuma senyum. Jujur, selama aku SMA hingga lulus, uang saku ku kumpulkan sendiri untuk membeli berbagai jilbab yang kuinginkan.

Pada masa awal kuliah pun mulai menjadi terbiasa, karena saat SMP sampe aku beranjak keperguruan tinggi, program bapak walikota saat itu berjalan dengan lancar yaitu memakai kerudung atau seragam yang sopan ke sekolah, Akupun bahagia karena keseragam bersama teman2 jika pergi sekolah, tapi saat dirumah itulah cobaan yang besar bagiku. Mungkin tuhan sangat menyayagiku saat itu karena dengan programnya walikota saat itu cemooh yang besar berubah menjadi kecil dan minim.

Beberapa teman lamaku bertanya “pake kerudungnya kemana aja?” aku menjawabnya dengan spontan, kemana aja. mereka langsung ngeledek ku dengan candaanya "tidur pake kerudung juga? aku hanya tersenyum dan menjawab pelan, nggak juga sih. jangan lebay deh kamu,"jawabku"

Hingga akhirnya, aku bertemu teman yang kembali mendukungku untuk berhijab dan diapun juga berhijab, aku senang sekali sampai saat sekarng dia masih tetap menjadi teman terbaiku, sahabat2ku, dan bisa juga sharing tentang dunia islami denganya..
Pasrah, biarin dikritik yang pedas juga gapapa… Namun, mereka nantinya juga paham dan mengerti kenapa muslimah itu diwajibkan berhijab. Akupun kembali membeli kerudung, pashmina dengan uang sendiri seperti dulu.  video tutorial, buku ttg hijab yang menarik aku putar.

Semester 5 akhir, rasa berhijab “gaul” sudah dalam tingkat bosan, lelah dan tidak nyaman. Aku ingin kerudung yang tidak lilit sana lilit sini, bosan dengan jarum pentul, peniti, cepol rambut, baju mix and match dengan celana bahan-FYI aku udah gasuka pake jeans sejak awal berkerudung :) dan lain-lainnya yang serba gaul seperti di instagram saat ini.
Ketika aku melihat beberapa akun selebgram yang berhijab syar’i dan teman kampus yang mulai hijrah, ada niat di hati ingin seperti itu. Tapi aku sadar diri, berhijab seperti sekarang saja sudah alhamdulilah walaupun masi banyak cobaan. Namun, keinginan syar’i selalu menghantui-iya setiap malam, setiap shalat dan ketika keluar rumah, apalagi saat berkaca.

Sampai akhirnya aku berkata pada teman2ku ketika debat tentang hijab panjang, walaupun kadang suka menyindir “assalamualaikum ukhti, umy indah” ketika aku mulai memakai khimar hahaha gapapa… Yang penting aku nyelamatin diri :). Dan insyallah sehabis tahun ini 2015, aku mulai membeli khimar dan gamis-tentunya ngumpulin sendiri :). Apapun hambatan nanti.… Izinkan aku berhijab syar’i :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar