Jumat, 20 November 2015

Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

1.2.  Rumusan Masalah
  1. Apakah definisi menstruasi ?
  2. Bagaimana siklus menstruasi ?
  3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
  4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
  5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
  6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
  7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi ?
  8. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
  9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

1.3.  Tujuan
1.3.1.      Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.
1.3.2.      Tujuan khusus
  1. Menjelaskan definisi dari menstruasi
  2. Menjelaskan siklus menstruasi
  3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
  4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
  5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
  6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
  7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi
  8. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
  9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi



1.4.  Manfaat
  1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
  2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan  pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
  3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan dalam menstruasi

  
 BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi.
C. Gangguan dalam menstruasi
1. Definisi
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.
 2. Macam – macam gangguan menstruasi
A. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Penyrbab ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.
Terapi yang diberikan berupa :
–          Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari      sebelum haid
–          Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
–          Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
–          Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid
–          Psikoterapi suportif
B. Disminorea
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
  • Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.


  • Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna
  • Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
  • Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri


Manifestasi klinis :
Disminore Primer
  • Usia lebih muda
  • Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
  • Sering pada nulipara
  • Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
  • Nyeri timbul mendahului haid
  • Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
  • Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
  • Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
  • Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
  • Pemeriksaan pelvik normal
  • Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Disminore Sekunder
  • Usia lebih tua
  • Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
  • Tidak berhubungan dengan paritas
  • Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
  • Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
  • Berhubungan dengan kelainan pelvik
  • Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
  • Seringkali memerlikan tindakan operatif
  • Terdapat kelainan pelvik
Terapi yang diberikan :
  • Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
  • Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
  • Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
  • Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.
C. Perdarahan Uterus Abnormal
            1) Hipermenore (Menorraghia)
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan  haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih dari 80ml
  • 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.
  • Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.
  • Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
  • Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran menstruasi.
  • Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
  • Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
  • Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena tonus otot kurang.
  • Hypertensi.
  • Decompensatio cordis.
  • Infeksi : endometriosis, salphingitis.
  • Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
  • Penyakit darah : Hemofili
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
Manifestasi klinis: Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1)      Sakit kepala
2)      Kelemahan
3)      Kelelahan
4)      Kesemutan pada kaki dan tangan
5)      Meriang
6)      Penurunan konsentrasi
 Terapi yang diberikan:
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :
1)      Umur dan riwayat kesehatan
2)      Kondisi sebelumnya
3)      Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1)      Suplemen zat besi (jika  kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2)      Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
3)      Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4)      Progesteron (terapi hormon)
5)      Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
            2)  Amenore
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.     Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menapause.
Disebabkan karena :
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit / himen imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma    Swyer ) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. hiperplasia adrenal kongenital


Penyebab amenore sekunder :
  1. Kehamilan
  2. Kecemasan akan kehamilan
  3. Penurunan berat badan yang drastis
  4. Olah raga yang berlebihan
  5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
  6. Mengkonsumsi hormon tambahan
  7. Obesitas
  8. Stres emosional
  9. Menopause
  10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
  11. Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid,  pil KB, fenotiazid )
  12. Prosedur dilatasi kuratesa
  13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman (  pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
  • Sakit kepala
  • Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
  • Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
  • Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
  • Vagina yang kering
  • Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.

Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
  1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
  2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
  3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
  1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
  2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
  1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
  2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
  3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
  4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
  5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
  6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
  7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
  8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya





E. WOC


ASUHAN KEPERAWATAN

I.                   PENGKAJIAN
a.       Identitas
Nama
Umur
Alamat
Status
No             MR
Penanggung jawab
b.      Riwayat Kesehatan
-          Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat ini, biasanya klien mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan nutrisi yan tidak baik.
-          Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan tidak bisa beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien biasanya mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita sekarang
-          Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti klien.
c.       Pemeriksaan fisik
a)      Kepala dan wajah          : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada lesi, wajah biasanya oval
b)      Mata                               : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c)      Leher                              : Biasanya JVP dalam normal
d)   Abdomen (Perut)
  • Inspeksi        : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada kelainan umbilikus dan adanya pergerakan didindng abdomen
  • Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)
  • Palpasi       : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba
  • Perkusi       : biasanya tympani
e)  Thorak (dada)
Inspeksi           : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi             : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi            : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi       : Biasanya vesikuler

f) Jantung
inspeksi           : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi             : Biasanya  Ictus cordis tidak teraba
Perkusi            : Biasanya pekak
Auskultasi       : Biasanya irama jantung teratur

g)  Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.


h)  ekstermitas
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya tidak ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.

V.      Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
·         Biasanya pasien tidak menengetahui tentang penyakit
·         Biasanya pasien kebiasaan minum alkohol, kafein

2)      Pola aktivitas dan latihan
·         Jarang berolah raga
·         Istirahat kurang dari kebutuhan
3)      Pola tidur dan istirahat
·         Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri
4)      Pola reproduksi seksualitas
·         Usia remaja dan dewasa
5)      Pola mekanisme koping terhadap stres
·         Stres, cemas karena penyakitnya

II.                 DIAGNOSA
1.      Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2.      Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3.      Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

III.             INTERVENSI
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
1.



































































2.





























3.
Nyeri akut
Batasan karakteristik :
-          Perubahan selera makan
-          Perubahan tekanan darah
-          Perubahan frekuensi jantung
-          Perubahan frekuensi pernapasan
-          Diaforesis
-          Perubahan posisi untuk menghidari nyeri
-          Dilatasi pupil
-          Sikap tubuh melindungi
-          Gangguan tidur


















































Intoleransi aktifitas
Batasan karakteristik :
·         Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·         Tekanan frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
·         Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
·         Menyatakan merasa letih
·         Menyatakan merasa lemah
















Ansietas
Batasan karakteristik:
-          Penurunan produktivitas
-          Gerakan yang relevan
-          Gelisah
-          Melihat sepintas
-          Kontak mata yang buruk
-          Mengekspresikan kekhawatiran
-          Tampak waspada
NOC :
-          Pain level
-          Pain control
-          Comfort level
KH :
-          Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebeb nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-          Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-          Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-          Menyatakan rasa nyaman setealah nyeri berkurang









































NOC
-          Energy conservation
-          Activity tolerance
-          Self care : ADLs
KH:
-          Berpatisipasi dalam aktivitas fisik
-          Mempu melakukan aktivitas sehari-hari
-          Tanda-tanda vital normeal
-          Energy psikomotor
-          Sirkulasi status baik
-          Mampu berpindah tanpa bantuan














NOC
-          Anxiety self control
-          Anxiety level
-          Coping
KH:
-          Klien mampu mengidentifikasi gejala cemas
-          Mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas
-          Vital sign dalam batas normal
-          Tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan


NIC :
Pain management
-          Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
-          Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-          Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-          Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-          Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-          Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-          Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-          Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
-          Kurangi faktor presipitasi nyeri
-          Pilih dan lakukan penanganan nyeri
-          Kaji tipe dan sumber nyeri
-          Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
-          Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-          Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-          Tingkatkan istirahat
-          Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

NIC
Activity Therapy
-          Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
-          Bantu  klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
-          Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
-          Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik
-          Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
-          Monitor respon fisik,emosi,sosial dan spiritual






NIC
Anxiety Reduction
-          Gunakan pendekatan yang menyenangkan
-          Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-          Temani pasien untik memberikan keamanan
-          Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
-          Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-          Berikan obat mengurangi kecemasan















Tidak ada komentar:

Posting Komentar