BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada
pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal
dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai
kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai
usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh
lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan
menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur
menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang
daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam
hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari
proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan.
Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur.
Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan
ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita
tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur
wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak
dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),
lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan
dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari.
Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh
karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak
selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan
pemeriksaan darah sederhana.
1.2.
Rumusan Masalah
- Apakah definisi menstruasi ?
- Bagaimana siklus menstruasi ?
- Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
- Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
- Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
- Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
- Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi ?
- Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
- Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?
1.3. Tujuan
1.3.1.
Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan
gangguan dalam menstruasi.
1.3.2.
Tujuan khusus
- Menjelaskan definisi dari menstruasi
- Menjelaskan siklus menstruasi
- Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
- Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
- Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
- Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
- Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi
- Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
- Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi
1.4. Manfaat
- Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
- Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
- Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan dalam menstruasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi
normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun lama
siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah
melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung secara teratur, sebagai
aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding
rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap
bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada
usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar
usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada
tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus
yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung
dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut
sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu
1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium
dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum
matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang
tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi
berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian
dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah
kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating
Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut
tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh
lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian
mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran
darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang
dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar
mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut
juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu
kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang,
sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing
Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya
pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi.
Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka
sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi
memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan
pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut
akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG).
Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan
tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadilah proses
menstruasi.
C. Gangguan dalam menstruasi
1. Definisi
Gangguan menstruasi adalah
kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa kelainan atau
kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.
2. Macam – macam gangguan
menstruasi
A. Premenstrual Tension (Ketegangan
Prahaid)
Keteganagan prahaid adalah
keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung
terus sampai haid berhenti.
Penyrbab ketegangan prahaid tidak
jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan
progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan,
dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan
prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam
keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah
menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan
hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Meningkatnya kadar esterogen dan
menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala
deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses
kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti
depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting
sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang
cukup dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai
penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai
oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron
yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon
tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar
prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin
akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk
mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone),
sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Keluhan terdiri dari gangguan
emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung,
mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat
terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan
gejala-gejal fisik tersebut diatas.
Terapi yang diberikan berupa :
–
Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10
hari sebelum haid
–
Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
–
Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
–
Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid
–
Psikoterapi suportif
B. Disminorea
Disminorea adalah nyeri haid
menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja
dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala,
perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan
sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
- Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal,
namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan
kesehatan.
- Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit
atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor
sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan
di sekitarnya.
Penyebab pasti disminore primer
belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri.
Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi.
Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik
genitalia interna
- Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka
korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan
kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom,
sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan
ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
- Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya :
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD
dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri
Manifestasi klinis :
Disminore Primer
- Usia lebih muda
- Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
- Sering pada nulipara
- Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
- Nyeri timbul mendahului haid
- Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
- Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
- Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
- Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
- Pemeriksaan pelvik normal
- Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Disminore Sekunder
- Usia lebih tua
- Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
- Tidak berhubungan dengan paritas
- Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
- Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
- Berhubungan dengan kelainan pelvik
- Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
- Seringkali memerlikan tindakan operatif
- Terdapat kelainan pelvik
Terapi yang diberikan :
- Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore
adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan
penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan
olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
- Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik
yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk
mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran
ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
- Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan
ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan
benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai
dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
- Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore
primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang
lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid
dan pada hari pertama haid.
C. Perdarahan Uterus Abnormal
1) Hipermenore (Menorraghia)
Hipermenore adalah perdarahan
berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga
dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti
pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan
menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih
dari 80ml
- 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.
- Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.
- Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
- Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran menstruasi.
- Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
- Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
- Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena tonus otot kurang.
- Hypertensi.
- Decompensatio cordis.
- Infeksi : endometriosis, salphingitis.
- Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
- Penyakit darah : Hemofili
Pada siklus ovulasi normal,
hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi
pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada
gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan
siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi
endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH
rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan
poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah
ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron
akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya
terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis
yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi
patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan
folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya
LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi
dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan
pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang
berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
Manifestasi klinis: Menorrhagia yang berat dapat
menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki
dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi
Terapi yang diberikan:
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan
berdasarkan :
1) Umur dan riwayat
kesehatan
2) Kondisi sebelumnya
3) Toleransi pada terapi
pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1) Suplemen zat besi
(jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan
oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Prostaglandin
inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral
(ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi
hormon)
5) Hysteroctomy (operasi
untuk menghilangkan uterus)
2)
Amenore
Amenore
bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid
selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita
belum pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien
mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama
menarche
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa
pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menapause.
Disebabkan karena :
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya
tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang
sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit / himen
imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat
kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau
sindroma Swyer ) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. hiperplasia adrenal kongenital
Penyebab amenore sekunder :
- Kehamilan
- Kecemasan akan kehamilan
- Penurunan berat badan yang drastis
- Olah raga yang berlebihan
- Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
- Mengkonsumsi hormon tambahan
- Obesitas
- Stres emosional
- Menopause
- Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
- Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )
- Prosedur dilatasi kuratesa
- Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai
kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular
feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular
feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer
yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan menyampaikan
dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang –
kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus.
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan
seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat
diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic
amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan
stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah
tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis
anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea
merupakan salah satu penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea
adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi
ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal
ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH
dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah
penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat
menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan
seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya
berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh
faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa
aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore
yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran
darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas
regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung
penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami
pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk
tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan,
akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon
tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan,
kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face
), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan pada amenore :
- Sakit kepala
- Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
- Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
- Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
- Vagina yang kering
- Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
Pengobatan untuk kasus amenore
tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan berat badan
yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang
tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang
belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil
pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya.
D. ANATOMI
FISIOLOGI
Pada siklus menstruasi normal,
terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim
untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan).
Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan,
abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan
salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung
selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar
20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal
hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang
ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang
tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada
umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi
lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada
di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de
graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi
korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones,
suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila
terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.
- Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
- Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
- Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
- Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
- Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal:
- Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
- Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
- Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
- Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
- Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
- Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
- Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
- Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
E. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Umur
Alamat
Status
No MR
Penanggung
jawab
b. Riwayat
Kesehatan
-
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya
klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat ini,
biasanya klien mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan
nutrisi yan tidak baik.
-
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan tidak bisa
beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien biasanya
mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita sekarang
-
Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang
mengalami penyakit yang sama seperti klien.
c. Pemeriksaan
fisik
a) Kepala dan
wajah : Rambut
bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada lesi, wajah biasanya oval
b) Mata : Sklera biasanya tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis
c) Leher : Biasanya JVP dalam normal
d) Abdomen
(Perut)
- Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada kelainan umbilikus dan adanya pergerakan didindng abdomen
- Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)
- Palpasi : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba
- Perkusi : biasanya tympani
e) Thorak
(dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Cuaca resonan
pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Biasanya
vesikuler
f) Jantung
inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Biasanya Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Biasanya pekak
Auskultasi : Biasanya irama jantung teratur
g) Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
h) ekstermitas
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya
tidak ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.
V. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
·
Biasanya pasien tidak menengetahui tentang penyakit
·
Biasanya pasien kebiasaan minum alkohol, kafein
2)
Pola aktivitas dan latihan
·
Jarang berolah raga
·
Istirahat kurang dari kebutuhan
3)
Pola tidur dan istirahat
·
Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri
4)
Pola reproduksi seksualitas
·
Usia remaja dan dewasa
5)
Pola mekanisme koping terhadap stres
·
Stres, cemas karena penyakitnya
II.
DIAGNOSA
1.
Nyeri akut b.d
peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2.
Intoleran
aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3.
Ansietas b.d
ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
III.
INTERVENSI
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1.
2.
3.
|
Nyeri akut
Batasan karakteristik :
-
Perubahan selera makan
-
Perubahan tekanan darah
-
Perubahan frekuensi jantung
-
Perubahan frekuensi pernapasan
-
Diaforesis
-
Perubahan posisi untuk menghidari nyeri
-
Dilatasi pupil
-
Sikap tubuh melindungi
-
Gangguan tidur
Intoleransi
aktifitas
Batasan
karakteristik :
·
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·
Tekanan frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas
·
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
·
Menyatakan merasa letih
·
Menyatakan merasa lemah
Ansietas
Batasan
karakteristik:
-
Penurunan produktivitas
-
Gerakan yang relevan
-
Gelisah
-
Melihat sepintas
-
Kontak mata yang buruk
-
Mengekspresikan kekhawatiran
-
Tampak waspada
|
NOC :
-
Pain level
-
Pain control
-
Comfort level
KH :
-
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebeb nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
-
Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
-
Menyatakan rasa nyaman setealah nyeri berkurang
NOC
-
Energy conservation
-
Activity tolerance
-
Self care : ADLs
KH:
-
Berpatisipasi dalam aktivitas fisik
-
Mempu melakukan aktivitas sehari-hari
-
Tanda-tanda vital normeal
-
Energy psikomotor
-
Sirkulasi status baik
-
Mampu berpindah tanpa bantuan
NOC
-
Anxiety self control
-
Anxiety level
-
Coping
KH:
-
Klien mampu mengidentifikasi gejala cemas
-
Mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas
-
Vital sign dalam batas normal
-
Tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan
|
NIC :
Pain management
-
Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
-
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
-
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
-
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
-
Kurangi faktor presipitasi nyeri
-
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
-
Kaji tipe dan sumber nyeri
-
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
-
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-
Tingkatkan istirahat
-
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
NIC
Activity Therapy
-
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
-
Bantu klien
untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
-
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
-
Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan fisik
-
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
-
Monitor respon fisik,emosi,sosial dan spiritual
NIC
Anxiety Reduction
-
Gunakan pendekatan yang menyenangkan
-
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-
Temani pasien untik memberikan keamanan
-
Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
-
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-
Berikan obat mengurangi kecemasan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar