Aku pernah ada dalam kondisi sulit, lemah, dimana dunia
adalah isi dari hati dan pikiran, yang merajai jiwa dan tindakan adalah semata
agar dapatkan pujian, itulah takdirku sebagai manusia biasa.
Aku sakit, hatiku berpenyakit, kalbuku tak sehat, ternodai oleh
segala macam perasaan yang tak baik. Ketika aku melihat saudariku lebih cantik
ragawinya,aku dengki, kemudian mulai mengibahnya dengan segala macam prasangka
negatif.
Ketika melihat saudariku memiliki harta benda lebih bagus
dan mahal, aku iri, lalu mulai menggosipi berbagai macam cerita yang tak baik.
Ketika melihat saudariku lebih baik prestasinya, aku cemas,
lalu mulai mengata-ngatainya dengan berbagai macam kalimat yang tak sopan.
Ketika melihat saudariku lebih baik rezekinya, aku tak
ikhlas, lalu mulai meluncurkan kisah dengan ribuan macam tuduhan yang tak
jelas.
Ketika melihat saudara saudariku tertawa bahagia, aku
cemburu, lalu mulai mengarang dongeng dengan variasi fitnah.
Segalanya Cuma bertujuan hanya untuk meninggikan
derajat didepan manusia dengan merendahkan saudara saudariku, aku lupa padahal
derajatku didepan Allah sangatlah rendah sekali, serendah-rendahnya derajat
manusia.
Astagfirullahaladzim. . .
Ya rabb, sehina itukah akhlakku dulu?
Ya rabb, sedangkal itukah imanku dulu?
Ya rabb, selemah itukah hatiku dulu?
Ya rabb, serendah itukah tindakanku dulu?
Aku sadar, hati ini meredup cahayanya, bahkan hampir mati.
Segala macam penyakit berlomba-lomba menghabisinya.
Aku sesak,,,aku sekarat...
Posisi Allah dihatiku hampir tergerus dunia. Bahkan hampir
tak ada disana.
Padahal dunia dan seisinya adalah ciptaanNya.
Sampai saat ini aku masih dalam kondisi menyembuhkan hati,
mengobatinya, mematikanya, bahkan menghilangkanya dari bibit yang ada.
Kini aku sadar, Allah adalah obat dari segala macam penyakit
hati, kelak jika umurku habis dimakan waktu, aku berada dalam kondisi suci dan
bersih seperti bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar