Rabu, 25 Maret 2015

aku pernah dalam situasi itu



Aku pernah ada dalam kondisi sulit, lemah, dimana dunia adalah isi dari hati dan pikiran, yang merajai jiwa dan tindakan adalah semata agar dapatkan pujian, itulah takdirku sebagai manusia biasa.

Aku sakit, hatiku berpenyakit, kalbuku tak sehat, ternodai oleh segala macam perasaan yang tak baik. Ketika aku melihat saudariku lebih cantik ragawinya,aku dengki, kemudian mulai mengibahnya dengan segala macam prasangka negatif.

Ketika melihat saudariku memiliki harta benda lebih bagus dan mahal, aku iri, lalu mulai menggosipi berbagai macam cerita yang tak baik.
Ketika melihat saudariku lebih baik prestasinya, aku cemas, lalu mulai mengata-ngatainya dengan berbagai macam kalimat yang tak sopan.
Ketika melihat saudariku lebih baik rezekinya, aku tak ikhlas, lalu mulai meluncurkan kisah dengan ribuan macam tuduhan yang tak jelas.
Ketika melihat saudara saudariku tertawa bahagia, aku cemburu, lalu mulai mengarang dongeng dengan variasi fitnah.

Segalanya Cuma bertujuan hanya untuk meninggikan derajat didepan manusia dengan merendahkan saudara saudariku, aku lupa padahal derajatku didepan Allah sangatlah rendah sekali, serendah-rendahnya derajat manusia.
Astagfirullahaladzim. . .
Ya rabb, sehina itukah akhlakku dulu?
Ya rabb, sedangkal itukah imanku dulu?
Ya rabb, selemah itukah hatiku dulu?
Ya rabb, serendah itukah tindakanku dulu?

Aku sadar, hati ini meredup cahayanya, bahkan hampir mati. Segala macam penyakit berlomba-lomba menghabisinya.
Aku sesak,,,aku sekarat...
Posisi Allah dihatiku hampir tergerus dunia. Bahkan hampir tak ada disana.
Padahal dunia dan seisinya adalah ciptaanNya.

Sampai saat ini aku masih dalam kondisi menyembuhkan hati, mengobatinya, mematikanya, bahkan menghilangkanya dari bibit yang ada.
Kini aku sadar, Allah adalah obat dari segala macam penyakit hati, kelak jika umurku habis dimakan waktu, aku berada dalam kondisi suci dan bersih seperti bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar