BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu
tantangan sehubungan dengan masalah dependensi/ketergantungan, disiplin,
meningkatkan mobilitas dan keamanan bagi anak. Rang tua sering keliru dalam
memberlakukan anak karena ketidaktahuan mereka akan cara membimbing dan
mengasuh yang benar. Apabila hal ini terus berlanjut, maka pertumbuhan anak
dapat terhambat.
Saat ini terjadi pergeseran peran orang tua, misalnya
kedua orang tua lebih banyak beraktifitas di luar rumah dan tingginya mobilitas
di masyarakat. Untuk itu diperlukan keseimbangan bagi model peran tradisional
dalam pendidikan anak. Orang tua pada masa sekarang memerlukan tenaga
professional untuk memberikan bimbingan guna merawat dan memelihara anak.
Sebagai bagian dari tenaga professional perawatan
kesehatan, perawat mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu memberikan
bimbingan dan pengarahan pada orang tua, sehingga setiap fase dari kehidupan
anak yang kemungkinan mengalami trauma, seperti latihan buang air besar/kecil
(toilet training) dan ketakutan yang abstrak pada usia prasekolah dapat
dibimbing secara bijaksana.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan seksual
2. Untuk
mengetahui karakteristik perkembangan seksual
3. Untuk
mengetahui resiko penyalahgunaan seksual pada anak
4. Untuk
mengetahui pendidikan seksual sesuai perkembangan anak
5. Untuk
mengetahui pengertian anticipatory guidance dan toilet training
6. Untuk
mengetahui AG dan TT sesuai dengan perkembangan anak
7. Untuk
mengetahui AG dan TT terhadap prilaku negatif pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
I.PENDIDIKAN SEKSUAL PADA ANAK
a.
PENGERTIAN
Pendidikan
seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat
untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan
oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran
agama (DR. Arief Rahman Hakim dan Drs. Fakhrudin-SMU Lab School Jakarta).
Pendidikan
seks menurut Islam adalah upaya pengajaran dan penerapan tentang
masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak dari
kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan kearah hubungan
seksual terlarang (zina) (Muhammad Sa’id Mursi
b.
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN SEKSUAL
Namun ada juga sebagian ahli yang mengklasifikasikan
perkembangan anak dalam beberapa fase, yaitu:
Fase pertama atau Tamyiz
(masa pra pubertas). Fase ini ada pada usia antara 7–10 tahun. Pada tahap ini
diajarkan mengenali identitas diri berkaitan erat dengan organ biologis mereka
serta perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa ini juga anak diberi
pelajaran tentang meminta izin dan memandang sesuatu ketika akan memasuki kamar
orangtuanya.
Fase
kedua atau Murahaqah (pubertas), ada pada usia 10-14 tahun. Pada tahap umur
ini, anak harus diberikan penjelasan mengenai fungsi biologis secara ilmiah,
batas aurat, kesopanan, akhlak pergaulan laki-laki dan menjaga kesopanan serta
harga diri. Pada masa ini anak sebaiknya dijauhkan dari berbagai rangsangan
seksual, seperti bioskop, buku-buku porno, buku-buku yang memperlihatkan
perempuan-perempuan yang berpakaian mini dan sebagainya.
Fase ketiga atau Bulugh
(Masa Adolesen), pada usia 14-16 tahun. Pada tahap ini adalah paling kritis dan
penting, karena naluri ingin tahu dalam diri anak semakin meningkat ditambah
dengan tahapan umur yang semakin menampakkan kematangan berfikir. Pada masa ini
juga anak sudah siap menikah (ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi), maka anak bisa diberi pelajaran tentang etika hubungan seksual.
Fase keempat (masa
pemuda), setelah masa andolesen, pada masa ini anak diberi pelajaran tentang
etika isti’faaf (menjaga diri) jika belum mampu melaksanakan pernikahan.
c.
RESIKO
PENYALAHGUNAAN PADA ANAK
Salah
satu dampak yang dapat terjadi akibat pelecehan seksual pada anak adalah:
1. Meningkatnya
resiko psikotik (gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu membedakan kenyataan dan fantasi).
2. Meningkatkan
resiko pengembangan gangguan psikotik di kemudian hari.
3. Cemas, paranoid.
4. Trauma
psikologis jangka panjang.
5. Kehilangan
kepercayaan diri, gangguan tidur, dan mengalami flash back trauma (pada anak
kurang dari 6 tahun nampak dalam bentuk repetitif playing yang berhubungan
dengan aspek trauma).
6. Sensitif
terhadap lingkungan.
7. Perasaan
sedih umumnya bersamaan dengan rasa malu, bersalah, dan Perasaan hancur
yang menetap.
8. Memilki
kemampuan yang rendah dalam mengendalikan emosi, dan perilaku melukai
diri sendiri.
9. mengalami
gangguan disosiatif
10. Gangguan
kepribadian
d.
PENDIDIKAN
SEKSUAL SESUAI PADA TAHAP PERKEMBANGAN
menurut Clara Kriswanto pendidikan
seks berdasarkan usia sebagai berikut:
Usia 0-5 tahun
- Bantu anak agar merasa nyaman dengan tubuhnya
- Beri sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sàyang dari orangtuanya secara tulus.
- Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum. Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di dalam kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada hal-hal pribadi dari tubuhnya yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi menyentuhnya.
- Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria dan wanita. Jelaskan proses tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat sederhana. Dari sini bisa dijelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam kandungan ibu. Tentu saja harus dilihat perkembangan kognitif anak. Yang penting orangtua tidak membohongi anak misalnya dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau dibawa burung. Cobalah memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia tersebut. Cukup beritahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Jelaskan dengan contoh yang terjadi pada binatang.
- Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
- Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh dan fungsinya. Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis untuk alat kelamin pria ketimbang mengatakan burung atau yang lainnya.
- Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau pembicaraan soal seks adalah pribadi.
- Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada orangtua untuk bertanya soal seks
Usia 6-9 tahun
- Tetap menginformasikan masalah seks kepada anak, meski tidak ditanya.
- Jelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai nilai-nilai sendiri yang patut dihargai. Seperti nilai untuk menjaga diri sebagai perempuan atau laki-laki serta menghargai lawan jenisnya.
- Berikan informasi mendasar tentang permasalahan seksual
- Beritahukan kepada anak perubahan yang akan terjadi saat mereka menginjak masa pubertas.
Usia 10-12 tahun
- Bantu anak memahami masa pubertas.
- Berikan penjelasan soal menstruasi bagi anak perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka mengalaminya. Dengan begitu anak sudah diberi persiapan tentang perubahan yang bakal terjadi pada dirinya.
- Hargai privasi anak.
- Dukung anak untuk melakukan komunikasi terbuka.
- Tekankan kepada anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu berbeda-beda. Bantu anak untuk memahami bahwa meskipun secara fisik ia sudah dewasa, aspek kognitif dan emosionalnya belum dewasa untuk berhubungan intim.
- Beri pemahaman kepada anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang tanpa perlu berhubungan intim.
- Diskusi terbuka dengan anak tentang alat kontrasepsi. Katakan bahwa alat kontrasepsi berguna bagi pasangan suami istri untuk mengatur atau menjarangkan kelahiran.
- Diskusikan tentang perasaan emosional dan seksual.
Usia 13-15 tahun
- Ajarkan tentang nilai keluarga dan agama.
- Ungkapkan kepada anak kalau ada beragam cara untuk mengekspresikan cinta.
- Diskusikan dengan anak tentang faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan hubungan seks.
Usia 16-18 tahun
- Dukung anak untuk mengambil keputusan sambill memberi informasi berdasarkan apa seharusnya ia mengambil keputusan itu.
- Diskusikan dengan anak tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal.
II.
ANTOCIPATORY GUIDANCE DAN TOILET TRAINING
a.
PENGERTIAN
Antocipatory guidance adalah upaya atau memberi
bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua
sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia
anak.
Toilet training
adalah adalah
latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk
aktivitas buang air kecil dan buang air besar
pada tempatnya (toilet).
b.
AG DAN TT
SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN
Anticipatory guidance pada masa bayi
(0-12 bulan)
1.
Usia 6 (enam) bulan pertama
- Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan/asuhan pada masa setelah melahirkan
- Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan
- Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama
- Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya
- Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi lingkungan
- Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat petumbuhan dan perkembangan bayinya, yaitu dengan bersahabat dan mengamati respon social anak misalnya dengan tertawa/tersenyum
- Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi
- Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan makanan padat
2.
Usia 6 (enam) bulan kedua
- Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang belum dikenal (stranger anxiety)
- Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama dengan anak tersebut
- Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi)
- Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau tangannya
- Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika ia menangis
- Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat
- Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat dengan pengganti ibu yang menyusui
- Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan
- Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola tidur bayinya
Toilet training pada masa toddler
(1-3 tahun)
- Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler
- Latihan untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler
- Pada tahap usia toddler , kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin beerkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang
- Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi
- Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak, sedangkan kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai sampai usia 4-5 tahun
- Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar.
- Tolet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun.
- Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan psikologis, Persiapan intelektual
- Toilet training sebagai sex education
- Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar atau buang air kecil.
- Defekasi merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan toilet training usaha penundaan pemuasan
- Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak & keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu
- Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri
- Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
- Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB memudahkan pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB & BAK anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB & BAK
- Pelaksanaan toilet training sejak dini melatih respon terhadap kemampuan ubtuk BAK/BAB
INDIKASI KESIAPAN ANAK DAN ORANG TUA UNTUK “ANTICIPATORY
GUIDANCE”
1. Usia 12 – 18 bulan
a. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler.
b. Penyapihan secara bertahap.
c. Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
d. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi.
e. Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan tempertantrum.
f. Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan ketrampilan social.
2. Usia 18 – 24 bulan
a. Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
b. Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru.
c. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training.
d. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras.
e. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak mengalami stress.
3. Usia 24 – 36 bulan
a. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara meniru.
b. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau BAB dicelana.
c. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler mis : melalui bahasa yang digunakan ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.
d. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alas an yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
a. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler.
b. Penyapihan secara bertahap.
c. Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
d. Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi.
e. Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan tempertantrum.
f. Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan ketrampilan social.
2. Usia 18 – 24 bulan
a. Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
b. Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru.
c. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training.
d. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras.
e. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak mengalami stress.
3. Usia 24 – 36 bulan
a. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara meniru.
b. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau BAB dicelana.
c. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler mis : melalui bahasa yang digunakan ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.
d. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alas an yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
4. Usia 3 tahun
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
b. Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c. Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
d. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
e. Perlunya perhatian ekstra.
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
b. Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c. Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
d. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
e. Perlunya perhatian ekstra.
5.. Usia 4 tahun
a. Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah lakunya.
6. Usia 5 tahun
a. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b. Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.
7. Usia 6 tahun
a. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
c. Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah.
d. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
a. Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah lakunya.
6. Usia 5 tahun
a. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b. Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.
7. Usia 6 tahun
a. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
c. Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah.
d. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
8.. Usia 7 – 10 tahun
a. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b. Interes beraktivitas di luar rumah.
c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki prapubertas.
a. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b. Interes beraktivitas di luar rumah.
c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki prapubertas.
9. Usia 11 – 12 tahun
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
b. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c. Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
b. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c. Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
INDIKASI KESIAPAN ANAK DAN ORANG TUA UNTUK
“TOILET TRAINING”
1. Fisik
a. Pengontrolan saraf usia 18 – 24 bulan.àvolunter spinkterani dan uretra
b. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
c. Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok, berjalan.
d. Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan berpakaian.
2. Psikologis
a. Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
b. Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
c. Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkahlaku dan mengikuti pengarahan.
d. Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
e. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau turun.
f. Mengikuti tingkat kesiapan anak.
g. Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
h. Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
i. Memberi pujian jika anak berhasil.
1. Fisik
a. Pengontrolan saraf usia 18 – 24 bulan.àvolunter spinkterani dan uretra
b. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
c. Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok, berjalan.
d. Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan berpakaian.
2. Psikologis
a. Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
b. Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
c. Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkahlaku dan mengikuti pengarahan.
d. Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
e. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau turun.
f. Mengikuti tingkat kesiapan anak.
g. Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
h. Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
i. Memberi pujian jika anak berhasil.
c.
AG DAN TT
TERHADAP PRILAKU NEGATIF ANAK
·
Pada
anticipatory guidance
Kecelakaan merupakan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian pada anak.
Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.
Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
Factor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan
1. Jenis kelamin : Biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah.
Usia pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana yang bahaya.
2. Lingkungan : Adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan :
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya kecelakaan.
Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak.
Factor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan
1. Jenis kelamin : Biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah.
Usia pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana yang bahaya.
2. Lingkungan : Adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan :
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
·
Pada toilet
training
Sekali waktu memang si kecil bosan
dan tidak sabaran Tidak masalah turuti saja keinginannya & Jangan paksakan
ia duduk melakukan proses BAB karena justru prosesnya dijamin gagal Lama
kelamaan si kecil akan paham bahwa proses ngeden lebih enak & nyaman
dilakukan di atas toilet daripada berdiri
Proses akan disertai dengan
‘nyebokin’ Karena biasanya akan berebut selang gayung Sabar bu kuncinya pelan
pelan Anda basuh pantat si kecil sambil liat ke matanya dan bilang bahwa itu
kotoran yang harus di buang.
Mengajarkan TT sebaiknya santai dan
hindari kemarahan. Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengontrol
kapan dan dimana anak ingin BAK atau BAB kecuali anak itu sendiri. Hindari
pemaksaan yang berlebihan. Anak pada usia TT mulai timbul kesadaran terhadap
diri sendiri. Mereka mencari cara untuk menguji keterbatasan mereka. Beberapa
anak melakukannya dengan cara nenahan keinginan BAB-nya.
Perhatikan tanda-tanda berikut ini untuk menilai
kesiapan :
- Anak tidak mengompol minimal 2 jam saat siang hari atau setelah tidur siang.
- BAB menjadi teratur dan dapat diprediksi
- Ekspresi wajah, postur menjadi tubuh dan kata-kata yang menunjukkan keinginan BAB atau BAK.
Keadaan stress di rumah bisa membuat proses ini
menjadi sulit. Kadang-kadang sangat bijaksana untuk menunda TT dalam situasi
berikut ini:
- Keluarga anda baru pindah atau berencana akan pindah dalam waktu dekat.
- Anda sedang menantikan kelahiran bayi atau baru mendapatkan seorang bayi.
- Ada penyakit berat, kematian atau seseorang dalam keluarga sedang mengalami krisis.
Bagaimanapun juga bila anak anda tidak mengalami
hambatan dalam TT, maka tidak ada alasan untuk menghentikannya karena
situasi-situasi tersebut.
- Anak anda dapat mengikuti perintah-perintah sederhana
- Anak anda dapat berjalan dari dan ke kamar mandi, serta membantu melepas pakaian.
- Anak anda tampak tidak nyaman dengan popok yang koor dan ingin diganti.
- Anak anda meminta menggunakan toilet atau pot.
- Anak anda meminta menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar.
Cara
mengajari anak menggunakan toilet :
·
Hindari penggunaan kata-kata “kotor”, “nakal” atau
jorok untuk menggambarkan urine atau feses. Istilah negatif ini akan membuat
anak anda merasa malu dan bingung. Ajarkan BAB dan BAK dengan cara sederhana.
Anak anda mungkin ingin tahu dan mencoba untuk bermain dengan fesesnya. Anda
dapat mencegah hal ini tanpa membuat anak anda sedih, katakan bahwa feses bukan
sesuatu untuk dimainkan.
·
Ketika anak anda sudah siap, anda sebaiknya memilih
pot (potty chair) untuk BAK atau BAB. Pot lebih mudah digunakan untuk anak
kecil, karena pendek sehingga anak tidak sulit untuk duduk diatasnya dan kaki
anak dapat mencapai lantai.
·
Anak-anak sering tertarik dengan aktifitas dalam kamar
mandi keluarga. Kadang-kadang biarkan mereka memperhatikan orang tuanya saat
pergi ke kamar mandi. Dengan melihat orang dewasa menggunakan toilet akan
membuat mereka mempunyai keinginan yang sama. Jika memungkinkan ibu sebaiknya
memperlihatkan cara yang benar kepada anak perempuannya, sedangkan ayah kepada
anak laki-lakinya. Anak-anak dapat juga mempelajari cara ini dari kakak atau
teman-temannya.
·
Ajarkan anak anda untuk memberitahukan bila dia ingin
BAB atau BAK, Anak anda sering memberitahu anda pada saat dia sudah mengompol
atau BAB. Hal ini merupakan tanda bahwa anak anda mulai mengenal fungsi
tubuhnya. Ajarkan anak anda lain kali harus memberi tahu anda sebelumnya.
·
Sebelum BAB anak anda mungkin merintih, atau
mengeluarkan suara-suara aneh, jongkok, atau berhenti beberapa saat. saat
mengedan wajahnya akan menjadi merah. Jelaskan pada anak tanda-tanda tersebut
adalah petunjuk saatnya menggunakan toilet.
·
Kadang-kadang lebih lama mengenal keinginan untuk BAK
daripada keinginan untuk BAB. Beberapa anak belum dapat mengontrol keinginan
BAK selama beberapa bulan setelah mereka dapat mengontrol BAB. Beberapa anak
mampu mengontrol BAK terlebih dahulu. Sebagian besar anak laki-laki belajar BAK
dengan cara duduk terlebih dahulu, kemudian baru dengan cara berdiri. Ingatlah
bahwa semua anak berbeda.
·
Ketika anak anda tampak ingin BAK atau BAB, pergilah
ke pot. Biarkan anak anda duduk di pot beberapa menit, Jelaskan bahwa anda
ingin anak anda BAB atau BAK di situ. Bergembiralah, jangan memperlihatkan ketegangan.
Jika anak anda protes dengan keras, jangan memaksa. Mungkin anak anda belum
saatnya untuk memulai TT.
·
Sebaiknya anak dilatih menggunakan pot secara rutin,
misalnya menjadi kegiatan pertama di pagi hari ketika anak anda bangun, setelah
makan, atau sebelum tidur siang. Ingatlah bahwa anda tidak dapat mengontrol
kapan anak anda BAB atau BAK.
·
Keberhasilan TT tergantung pada cara pengajaran
bertahap yang sesuai dengan anak anda. Anda harus mendukung usaha anak anda.
Jangan menginginkan hasil yang terlalu cepat. Berikan anak anda pelukan dan
pujian jika mereka berhasil. Bila terjadi kesalahan jangan mamarahi atau
membuat mereka sedih. Hukuman akan membuat mereka merasa bersalah dan membuat
TT menjadi lebih lama.
·
Ajarkan anak anda kebiasaan menjaga kebersihan.
Tunjukkan cara cebok yang benar. Anak perempuan seharusnya membersihkan dari
depan ke belakang untuk mencegah penyebaran kuman dari rektum ke vagina atau
kandung kemih. Pastikan anak laki-laki maupun perempuan mencuci tangan mereka
setelah BAB atau BAK.
·
Beberapa anak percaya bahwa urine atau feses adalah
bagian dari tubuh mereka, melihat fesesnya disiram mungkin menakutkan dan sulit
untuk dimengerti. Beberapa anak takut mereka akan tersedot ke dalam toilet bila
disiram saat mereka masih duduk di atasnya. Orang tua harus mengajarkan mereka
keinginan untuk mengontrol, biarkan mereka mencoba menyiram tissue ke dalam
toilet. Hal tersebut akan menghilangkan ketakutan mereka terhadap suara berisik
air dan mereka dapat melihat benda yang menghilang, masuk ke dalam toilet.
·
Ketika anak anda mulai sering berhasil, tingkatkan
dengan penggunaan celan latihan (training pants). Kejadian tersebut menjadi
sangat istimewa. Anak anda akan merasa bangga telah mendapat kepercayaan dan
merasa tumbuh. Bagaimana pun juga bersiaplah terhadap terjadinya “kecelakaan”.
Akan membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sebelum TT
selesai. Sebaiknya tetap melanjutkan latihan duduk di pot di siang hari. Jika
anak anda dapat menggunakan pot dengan sukses, ini merupakan kesempatan untuk
memuji. Bila tidak ini masih merupakan latihan yang baik.
·
Pada awalnya, banyak anak akan BAB atau BAK segera
setelah diangkat dari toilet. Perlu waktu untuk anak anda belajar relaksasi
otot-ototnya untuk mengontrol BAB atau BAK. Bila sering terjadi “kecelakaan”
seperti ini, berarti anak anda belum siap untuk TT.
·
Kadang-kadang anak anda akan meminta popok saat merasa
akan BAB dan berdiri di satu tempat tertentu untuk defekasi. Ajak anak anda
mengenali tanda-tanda keinginan BAB. Anjurkan kemampuannya dengan duduk di atas
pot tanpa popok.
·
Pola defekasi bervariasi. Beberapa anak 2-3 kali per
hari. Anak lain 2-3 hari sekali. Feses yang lunak membuat TT lebih mudah untuk
anak dan orang tua. Terlalu memaksa anak dalam TT dapat menimbulkan masalah BAB
jangka panjang.
·
Bicarakan dengan dokter anak anda bila terjadi
perubahan kebiasaan BAB atau bila anak anda menjadi tidak nyaman. Jangan
gunakan laksatif, supositoria, atau enema, kecuali dianjurkan oleh dokter.
·
Sebagian besar anak dapat mengontrol BAB dan BAK di
siang hari saat usia 3-4 tahun. Bahkan setelah anak anda tidak mengompol di
siang hari masih perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk tidak
mengompol di malam hari. Sebagian besar anak perempuan dan lebih dari 75% anak
laki-laki mampu tidak mengompol di malam hari setelah usia 5 tahun.
·
Anak anda akan menunjukkan kepada anada jika dia sudah
siap pindah dari pot ke toilet sesungguhnya. Pastikan anak anda cukup tinggi,
dan latihlah tahap demi tahap bersama mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat
untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan
oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran
agama (DR. Arief Rahman Hakim dan Drs. Fakhrudin-SMU Lab School Jakarta).
Pendidikan
seks menurut Islam adalah upaya pengajaran dan penerapan tentang
masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak dari
kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan kearah hubungan
seksual terlarang (zina) (Muhammad Sa’id Mursi
Anticipatory guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui
terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Toilet training
adalah adalah
latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil
dan buang air besar pada tempatnya (toilet).
B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar –
benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat yang prefesional, serta dapat
melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab dalam tindakan keperawatan,
dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar