Tak kan bisa lagi melihat senyum itu, tak kan bisa lagi
menikmati canda itu, tak kan bisa lagi berdiri disamping itu, tak kan bisa lagi
duduk berhadapan, tak kan bisa lagi pergi bersama, dan tak akan pernah lagi
merasakan indahnya suasana diwaktu itu.
Bersama rintik hujan disore itu, mewakilkan perasaan yang
tak ka bisa digambarkan dalam ilustrasi, mencurahkan keluh kesah, meratapi
semua yang terjadi, diam membisu, kaku bagaikan batu es yang sangat membeku. Memutar
memori sebelumnya seakan berani untuk membenci, lupa akan ingatan dan seakan
tak ada yang terjadi, resahnya hati membuat terluka dihati, flashback itu
mengingatkan betapa hari yang dinanti seakan tak kan kembali. Melihat kenyataan
yang ada, pasrah hanya tinggal sepi, ikhlas hanya tinggal diuji, sabar hanya
tinggal dimaki, berkutat mengembalikan takdir yang seolah membuat hidup kian
tak berarti, tak bermakna, bahkan menganggap sia-sia.
Itulah kodratnya wanita, yang selalu memikirkan dengan hati,
perasaan yang begitu lembut seolah menjadi kasar lantaran suatu masa lalu yang
tak akan bisa membuatnya bangkit untuk masa depan, terhanyut dalam kenangan
yang seolah menipu daya, yang seolah merayu, yang seolah menggobalinya sehingga
hanya,,,hanya... dan hanya bisa meyalahkan semua. Karena hati yang tersakiti
oleh kejamnya cinta dan nafsu dunia, perasaan yang ternodai oleh godaan hasrat
dunia, dia bagaikan sebuah celah yang kosong, tak mampu mengikuti dan melawan
arus, hampa, kecil, tak ada gunanya, merintih untuk melampiaskan semua
kegelisahanya.
Cinta yang selama ini menerkam hidupnya, membuat tak
berdaya, membuat jiwanya hampa, hatinya luka, raganya sirna dan bathinya patah.
Selalu mengenang sebuah kisah, kisah dan kisah yang selama ini membuatnya
terpana, membara, bahagia, ceria, dan bangga. Walaupun semua itu dirasakan Cuma
sekejap saja, sebentar tapi bermakna, sebentar tapi berkesan dihidupnya,
sebentar tapi mengerti, sebentar tapi selalu dihati. Sebentar itulah yang
selalu dikenang, rintihan sang hati selalu mengiri, walaupun sebenarnya hati
bersikeras untuk selalu menati hadirnya itu kembali.
Diam dan cukup diam, dikenang dan cukup untuk dikenang,
saatnya suatu kenangan itu diambil hikmahnya, wlaupun goyah oleh badai, pasti
bisa melupkan semua yang telah berlalu, walaupun masih terlintas dibayangan
pasti bisa untuk dimengerti, walaupun masih bisa melihat dia didunia ini, pasti
masih bisa bersembunyi walaupun dibalik dinding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar