Kamis, 22 Januari 2015

Dokumentasi Keperawatan Perioperatif



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
   Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tidak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik atau benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1.2 Tujuan 
      a. Tujuan Umum
Mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan perioperatif, dari fase perawatan praoperatif, intraopratif, dan fase postoperatif.

      b. Tujuan Khusus
a) Pembahasan Intraoperatif
                  1. Perlindungan terhadap injuri.
                  2. Monitoring pasien atau klien.
                  3. Peran perawat.
b) Pembahasan Postoperatif 
       1. Faktor yang mempengaruhi pasca operasi.
        2. Tindakan keperawatan pasca operasi.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Perawatan perioperatif
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi dalam proses operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode praoperatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi.
b. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
           

2.2 Fase Intraoperatif
a. Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program  Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing . Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse  yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a)    Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b)   Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif
            meliputi 4 hal, yaitu :

 1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :
   1) Pengaturan posisi pasien
        Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan
        pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif
        mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
        perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan
        pada posisi tertentu.
          
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :

1) Melakukan balance cairan
      Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan
      cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara
      menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada
      kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap
      imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan
      infus.


2) Memantau kondisi cardiopulmonal
     Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara
     Kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak.
     Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan
     tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.

3) Pemantauan terhadap perubahan vital sign
       Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan
       kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus
       dilakukan intervensi secepatnya.

3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
  1) Memberikan dukungan emosional pada pasien.
  2) Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama
      prosedur pemberian induksi .
  3) Mengkaji status emosional klien.
  4) Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan
      ( jika ada perubahan ).

4. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain :
  1) Memanage keamanan fisik pasien.
  2)  Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.




2.3 Fase Postoperatif
a. Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan
    perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
    menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis
    pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
    yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada
    fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
    Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
    mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini.
    Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
    dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan
    di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
    asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan prosedur
    pembedahan itu sendiri.
    a) Faktor yang Berpengaruh Postoperatif
        1. Mempertahankan jalan nafas
 Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
 mayo/gudel.
        2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
 Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
 bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
        3. Mempertahakan sirkulasi darah
 Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan
 pemberian cairan plasma ekspander.
        4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi
sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase
sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
       5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan
yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait
dengan fungsi eleminasi pasien.
      6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
          Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
          disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien
          pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
          biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi
          keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait
          dengan agen pemblok nyerinya.
b)     Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien dipindahkan keruang perawatan, maka hal – hal yang harus perawat  lakukan, yaitu :
1.    Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.
2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
3. Mobilisasi dini
 Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam
 dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
 fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
    Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi
    pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam
    latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
    pasien seperti sedia kala.
5. Discharge Planning
                Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
               kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
    dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau
    penyakitnya post operasi.  Ada 2 macam discharge planning :
1)      Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang
     diberikan kepada klien ( sebagai
     dokumentasi )
2)      Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien
   dan lebih detail.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
       Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :
a.    Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien sembuh,  pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
b.    Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan
pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.


3.2 Saran
  Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujudnyatakan peran perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA


Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia

Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif volume 2.
Jakarta : EGC

Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta : EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar